ketika langkah itu mulai menggelapkan,aku mencari terangmu lagi
menduga-duga,ke ujung mana singkat waktu bermula
mereka-reka,sejernih apa biru pada telaga
lalu ketika perih itu kian menggejolak ini raga,kulabuhkan saja apa yang pernah kau minta:
kata,dimana ia membebaskan kita
warna,kemana kita melarung segala rupa
lantas tinggal jiwa,sebenar-benar sebuah rasa
Ilalang,kutebarkan bungamu dalam sajakku
seperti rindu,yang kian serak menyumbat lidahku
dan,selalu,layaknya apa,yang tak pernah mampu tereja suara...
Tuesday, July 17, 2012
Wednesday, July 4, 2012
Kelopak 33: Kembali
selamat datang kembali untukmu
apa yang penah pergi tanpa mengikat aku,tanpa melarung waktu
seperti engkau selalu,bukan?
setelah lama mengerakkan masa dalam jenuh itu
membiarkan entah rasa apa berkejaran di titik sepimu
ada sebuah warna menantimu di sini
selamat datang,Ilalang
apa yang penah pergi tanpa mengikat aku,tanpa melarung waktu
seperti engkau selalu,bukan?
setelah lama mengerakkan masa dalam jenuh itu
membiarkan entah rasa apa berkejaran di titik sepimu
ada sebuah warna menantimu di sini
selamat datang,Ilalang
Saturday, June 30, 2012
Kelopak 32: Pisau: Selamat Datang Seorang Aku
barangkali harus segera kucari pisau agar tak lagi berleleran anggur merahmu pada mataku
sudah sedemikian mengembun kaca-kaca di sebelah balkon tua itu,seperti selama ini kau tahu
sudutku mulai lupa,di mana letak kursi dan meja
jariku masih mencari apa warna pisau dan belati
di mana pisau,yang pernah kuasah senja itu
ketika warna sudah terbelah sejak semula
bahkan menderakan tipis dedaunan mendesing di pelupuk sia-siaku
sementara anggurmu telah menanti denting sloki kelima
ting
satu nyawa kau janjikan lebur dalam sisa senja yang mengerak
padam dan lenyap
ting
mata penaung purbaku kering dilukai waktu berisik di sisa malammu
kau hanya tertegun menggenapi melati
bukan krissant yang kujanjikan tak pernah kembali
ting
tak pernah menanti masa ketika tak jua kukenali segala apa
satu warna,dua warna
hitam abu tua
ting
pada nada petikmu kutakar seberapa lama detik mengerti
bahwa tak sedikitpun senja ini menelikungmu atau menahanmu berlama-lama
di dermaga
ting
selalu ada langkah yang membebaskanmu berlari
selama jauh itu adalah dekat
dan dekatmu senantiasa sewarna kematian
aku tertegun mendapati engkau tinggal keping
suatu senja,begitu sendu kutatap guguran sakura
sudah sedemikian mengembun kaca-kaca di sebelah balkon tua itu,seperti selama ini kau tahu
sudutku mulai lupa,di mana letak kursi dan meja
jariku masih mencari apa warna pisau dan belati
di mana pisau,yang pernah kuasah senja itu
ketika warna sudah terbelah sejak semula
bahkan menderakan tipis dedaunan mendesing di pelupuk sia-siaku
sementara anggurmu telah menanti denting sloki kelima
ting
satu nyawa kau janjikan lebur dalam sisa senja yang mengerak
padam dan lenyap
ting
mata penaung purbaku kering dilukai waktu berisik di sisa malammu
kau hanya tertegun menggenapi melati
bukan krissant yang kujanjikan tak pernah kembali
ting
tak pernah menanti masa ketika tak jua kukenali segala apa
satu warna,dua warna
hitam abu tua
ting
pada nada petikmu kutakar seberapa lama detik mengerti
bahwa tak sedikitpun senja ini menelikungmu atau menahanmu berlama-lama
di dermaga
ting
selalu ada langkah yang membebaskanmu berlari
selama jauh itu adalah dekat
dan dekatmu senantiasa sewarna kematian
aku tertegun mendapati engkau tinggal keping
suatu senja,begitu sendu kutatap guguran sakura
Sunday, June 24, 2012
Kelopak 31: Sakura
menatap engkau menaung langit
ada semerbak menjelma
putih
putih segala terasa :
Sakura
ada semerbak menjelma
putih
putih segala terasa :
Sakura
Sunday, June 17, 2012
Kelopak 30: Daun Kering di Atas Meja
aku menemukanmu,
ketika duka menyerap basahmu di bawah pelupuk
kerontang menggersang
meja itu bulat,seperti selalu
kakinya timpang menopang rasa
tepinya sibuk menghitung usia
lalu,kau terlempar dari jendela
mengendap-endap,menyergap pelitur yang bercecer
ketika duka menyerap basahmu di bawah pelupuk
kerontang menggersang
meja itu bulat,seperti selalu
kakinya timpang menopang rasa
tepinya sibuk menghitung usia
lalu,kau terlempar dari jendela
mengendap-endap,menyergap pelitur yang bercecer
Saturday, June 16, 2012
Kelopak 29: Andai
: Sendu Senja Sakura
sesekali aku ingin menjadi bayangan
hitamnya yang pekat tak pudar karena hujan dan garang mentari
pun tak lari saat matahari bersembunyi
seperti kau dan kepedihan itu
seperti kau dan bayanganmu
tak sekalipun kalian saling menginjak,bukan?
maka kenanglah,sepahit apapun kenangan itu
sebab ketika kau telah tiada,ia hanya akan hidup dalam kenangan orang lain...
dan aku pun akan menjadi bayangan itu
senantiasa menemani ke mana kau pergi
tanpa kau tahu
tanpa perlu kau sadari
karena aku selalu mengerti
hitam memang warna bayangan ini
sesekali aku ingin menjadi bayangan
hitamnya yang pekat tak pudar karena hujan dan garang mentari
pun tak lari saat matahari bersembunyi
seperti kau dan kepedihan itu
seperti kau dan bayanganmu
tak sekalipun kalian saling menginjak,bukan?
maka kenanglah,sepahit apapun kenangan itu
sebab ketika kau telah tiada,ia hanya akan hidup dalam kenangan orang lain...
dan aku pun akan menjadi bayangan itu
senantiasa menemani ke mana kau pergi
tanpa kau tahu
tanpa perlu kau sadari
karena aku selalu mengerti
hitam memang warna bayangan ini
Monday, June 11, 2012
Kelopak 28: Aku Masih Senja,Sakura
:(masih) Sendu
aku menantimu di kelokan selepas masjid,Sakura
seperti janjimu dulu,ketika kau petikkan tangkai-tangkai krissant untukku
sekedar memenuhi waktu lantaran terlalu sibuk kita tersipu
sementara kata mengambang seperti udara
senja sama pula yang kuantar seorang diri
tanpa gempita rindu
tanpa rinai sakuramu,Sakura
aku pilu,tanpa pernah kau menjeda waktu
bayang-bayang tak pernah tertangkap
hanya gelap,Sakura
saljumu datang terlalu pagi
aku menantimu di kelokan selepas masjid,Sakura
seperti janjimu dulu,ketika kau petikkan tangkai-tangkai krissant untukku
sekedar memenuhi waktu lantaran terlalu sibuk kita tersipu
sementara kata mengambang seperti udara
senja sama pula yang kuantar seorang diri
tanpa gempita rindu
tanpa rinai sakuramu,Sakura
aku pilu,tanpa pernah kau menjeda waktu
bayang-bayang tak pernah tertangkap
hanya gelap,Sakura
saljumu datang terlalu pagi
Thursday, June 7, 2012
Kelopak 27: Malammu
ini yang kulukai dari mata
simpul mengapa
lat kemana
buta
buta aku menata mata
pilu
lunas aku digadai waktu
satu malammu
satu pahit kutenggak bersama rindu
satu getir kutelan bersam wajahmu
tunggu,tusukkan belati itu
nyawaku masih mengotori resahmu,bukan?
atau,bakar saja aku hingga jelaga
tawar itu menunggu
simpul mengapa
lat kemana
buta
buta aku menata mata
pilu
lunas aku digadai waktu
satu malammu
satu pahit kutenggak bersama rindu
satu getir kutelan bersam wajahmu
tunggu,tusukkan belati itu
nyawaku masih mengotori resahmu,bukan?
atau,bakar saja aku hingga jelaga
tawar itu menunggu
Saturday, May 26, 2012
Kelopak 26: Seperti Ini
:Sendu
memang seperti ini selayaknya
ada tanpa tak ada,lantas tak ada karena ada
sudahlah,itu hanya batas mimpi dan terjaga
selebihnya hanya tanbahan tak perlu dari kita
agar resmilah entah apa sebagai apa
agar jadilah semua ide dan rencana pura-pura
memang seperti ini pada akhirnya
melihat datang tak bertemu pulang
melambai pulang tak sempat menanti datang
terpisah yang memanjakan sakit,bukan?
ketika kemudian terulang lagi entah kapan hari
tentu saja aku hanya seperti ini,selalu
terambing sejenak,mati,lantas muncul kembali menunda malam
kematian hanya bayang yang senantiasa melekat
tak peduli aku berenang seberapa cepat
aku sendiri
kau sendiri
kita sendiri
ya,memang seperti ini
memang seperti ini selayaknya
ada tanpa tak ada,lantas tak ada karena ada
sudahlah,itu hanya batas mimpi dan terjaga
selebihnya hanya tanbahan tak perlu dari kita
agar resmilah entah apa sebagai apa
agar jadilah semua ide dan rencana pura-pura
memang seperti ini pada akhirnya
melihat datang tak bertemu pulang
melambai pulang tak sempat menanti datang
terpisah yang memanjakan sakit,bukan?
ketika kemudian terulang lagi entah kapan hari
tentu saja aku hanya seperti ini,selalu
terambing sejenak,mati,lantas muncul kembali menunda malam
kematian hanya bayang yang senantiasa melekat
tak peduli aku berenang seberapa cepat
aku sendiri
kau sendiri
kita sendiri
ya,memang seperti ini
Thursday, May 24, 2012
Seharusnya
Orang bertaqwa seharusnya baik akhlaknya
Orang beriman seharusnya meninggalkan hal yang sia-sia
Orang islam seharusnya saudara seimannya terhindar dari kejahatan lisan dan tangannya
Sahabat seharusnya mudah memaafkan
Ta’akhi seharusnya mengenal, memahami dan menanggung
Berdakwah seharusnya dengan hikmah dan keteladanan
Pemimpin seharusnya bijak membuat ’memo’ dan kebijakan
Pekerja lapangan seharusnya tidak selalu menggerutu
Administrator seharusnya rapih dan murah hati
Seorang guru seharusnya sekuat unta, sekreatif berang-berang, dan sepenyabar pinguin
Seorang murid seharusnya giat belajar
Seorang anak seharusnya berbakti kepada kedua orangtuanya
Seorang suami seharusnya baik terhadap keluarganya
Seorang istri seharusnya menjadi manajer keuangan keluarga bukan pencari nafkah
Seorang penulis seharusnya menulis setajam mata elang dan sebening telaga Kautsar
Seorang ulama seharusnya berani berfatwa untuk membela ummat
Bermimpi itu seharusnya setinggi langit
Pencari surga seharusnya bersungguh-sungguh
Tetapi kita?
Sepertinya belum seharusnya...
Orang beriman seharusnya meninggalkan hal yang sia-sia
Orang islam seharusnya saudara seimannya terhindar dari kejahatan lisan dan tangannya
Sahabat seharusnya mudah memaafkan
Ta’akhi seharusnya mengenal, memahami dan menanggung
Berdakwah seharusnya dengan hikmah dan keteladanan
Pemimpin seharusnya bijak membuat ’memo’ dan kebijakan
Pekerja lapangan seharusnya tidak selalu menggerutu
Administrator seharusnya rapih dan murah hati
Seorang guru seharusnya sekuat unta, sekreatif berang-berang, dan sepenyabar pinguin
Seorang murid seharusnya giat belajar
Seorang anak seharusnya berbakti kepada kedua orangtuanya
Seorang suami seharusnya baik terhadap keluarganya
Seorang istri seharusnya menjadi manajer keuangan keluarga bukan pencari nafkah
Seorang penulis seharusnya menulis setajam mata elang dan sebening telaga Kautsar
Seorang ulama seharusnya berani berfatwa untuk membela ummat
Bermimpi itu seharusnya setinggi langit
Pencari surga seharusnya bersungguh-sungguh
Tetapi kita?
Sepertinya belum seharusnya...
Tuesday, May 15, 2012
Kelopak 25: Ini Untukmu,Sendu
Sepanjang Aku
Mengenalmu
Belum kutemu sedikit
waktu yang tepat ternyata
Untuk sekedar mengucap
selamat petang pada menit yang laju berenang
Kau duduk menghadap
senjamu yang setia
Dibungkus kabut abu
mudamu yang tenang
Menguarkan apa yang tak
lagi mampu kau lukis dalam dendang
Kini menggeluti air
yang keruh pada rautmu tak semudah menggoreng ikan asin
Ya,ikan asin yang kau
titipkan di piring sesalmu
Kau dijerat kemuraman,
menelikung waktu yang miskin
Untuk sekedar
menggadaikan sekerat bumbu rindu
Ini masih dapur yang
sama,sayang
Tempatmu merebus
kegundahanmu pada mata pedih menatap jelaga
Tempatku menanak cinta
yang mulai mengiring digerogoti panas mulut tetangga
Begitupun kopi yang kau
jerangkan tanpa pernah sempat kesesap manisnya
Lantas di mana hadirnya
aku yang tak mampu tahu?
Kutatakan sebaris bumbu
yang kau mau
Kujerangkan warna yang
kau suka
Namun ke mana cinta
yang kuhias sepenuh jiwa?
Sejauh langkah yang
mendebu,sayang,tak pernah kujejaki malam selayaknya engkau
Seperempat pengharapan
yang tinggal tak menyesak pada raga
Mungkin hanya sekelumit
perih yang buatku risih
Meskipun aku tahu,tak
sedikitpun aku mampu berdalih
Jingga,telah
menyayangimu seutuhnya cinta
Tak ragu,engkau diam
ataukah meracau
Maka,aku tak perlu lagi
menanti,sayang
Waktu ini yang akan
membangunkanku padamu
Entah tahun atau
kalender berlalu
Aku segera melenggang
pulang
Agar segera kusesap
kopi manismu di dapur kita
13
Mei 2012
10.23
PKM
BSI
Kau dan Gereja
Pagi yang sama ketika
aku menghampirimu di sisi gereja
Bukan akan
menengokmu,yang telah lama kulenyapkan dari mataku
Hanya ingin sejenak
menelaah,apakah telah salah mataku melenyapkan wajah
Tak sengaja pula aku
menatapmu meninggalkan gereja
Mesra kau tatap baluran
tanah pada sandal plastikmu yang tua
Setiap langkahmu
menjejakkan bercak basah yang sama
Aku mendekat,kau
tengadahkan raut pilu itu padaku
Kelopak tua dan lingkar
itu tak seharusnya kutemu padamu
Lebam itu tak pantas
meracuni senyum sakuramu
Lalu terpaksa kusandarkan laramu pada bahuku
Tidak,sudah kulunasi
detak itu pada tahun-tahun yang menyita masaku
Kini hanya kerak sedemikian menggumpal dalamku
Atas engkau,yang
meluruhkan entah apa padaku
Bagaimana pula aku akan
mengerti
Sementara mengabur
sudah mataku pada sepi
Kini aku yang kian
terbentengi
Kenangan yang tak
pernah bersedia menepi
Masih pagi yang sama
ketika aku meninggalkanmu di sisi gereja
Ya,aku kembali hari itu
ketika segalanya sama
Memang tak ada misa
Hanya pemberkatan atas
apa yang tak sudi kugariskan
Hanya peleburan atas
doa yang tak jua tercurahkan
13
Mei 2012
11.05
PKM
BSI
Sajak Pangeran Biola
Barangkali telah sampai aku pada gerbang terakhirmu
Rangkaian tembang malam kemerahan melagu
Merdu mendayu seribu rindu
Sayup sendu tergigit pahit di telingaku
Aku hanya naik-turun pada birama
Tanpa pernah tahu harus mengambil nada apa
Tanpa pernah yakin melagukan syair mana
Sebab telah patah senar mataku di atas doa
Wahai,Pangeran Biola yang sama
Tak jengah aku menyanding engkau
Untuk sekedar memejam mata
Tatkala kau menyatu bersama udara
Wahai Pangeran Biola yang sama
Tak lelah aku mencari tangga
Agar sempurna kudengar tarian suara
Bukan sumbang ataupun hilang apa
Pangeran Biola
Masih kusimpan dawai yang sama
Seperti waktu kau ulur tanganmu
Lantas kubaurkan waktu dalam nadamu
Ya, Pangeran Biola
Aku masih setia menanti nada-nada itu
Saat tak lagi ada kau dan aku yang lalu
Selain lagu,tak risau aku menari pilu
14
Mei 2012
13.25
PKM
BSI
Ini Dermagamu,Sendu
Akan senantiasa sama,Sendu
Waktu yang luruh di embun senja
Embun yang lahir di ufuk cita
Apalah yang bisa meniadakan rasa
Kini aku menatapmu menghadap sana
Sudut tanpa sama yang bersuara
Kembang gugur dari rumput pura-pura
Lalu aku meretih dilamun bara satu-dua
Sendu,bila senja itu engkau lukis biru
Tak sedikitpun aku merindu abu,merah atau ungu
Namun bila kau lenyapkan waktu dari kanvasNya
Haruskah aku berbalik dan berganti rupa?
Mencintai senja tanpa pernah kecewa adalah
buta,Sendu
Sebuta aku melangkah pada paku beku dermaga
Yang menguning keruh diremuk mangsa fana
Yang ringkih lantaran camar enggan menyapa
Tapi tidak bagiku,Sendu
Waktu tetaplah jarak yang sama
Tahun mati yang kosong menyeraki rasa
Terik esok yang tak terundi siapa
Sementara waktu menghabisi masa yang lama
Aku hanya mampu menghela doa dan doa
Sendu, ini rasa yang menuntunnya
Ini rasa pula yang membuatku mengada
Maka,waktu yang kudetik-detik di dermagamu
Adalah jerit samar sang camar
Meliuk merana untuk lindap memutar
Pasir-pasir yang bisu menangis dan menghindar
14
Mei 2012
13.43
PKM
BSI
Wednesday, May 2, 2012
Kelopak 24: Senja di Muka Jendela
ada titik-titik rautmu pada muram jendela
sendu,meremang dalam malam bersenda pekat
kali itu,aku duduk di beranda lama
menanti mata redupmu,Sendu
aku yang terpelecat dari nyata
mengejar kerosak ranting di genting mataku
berharap menemu engkau
tidak,Sendu,ini hanya sajak,
tentang aku yang begitu terikat,
tentang jendela yang memaksamu tak terlihat
Sendu,ini aku
bolehkah?
sendu,meremang dalam malam bersenda pekat
kali itu,aku duduk di beranda lama
menanti mata redupmu,Sendu
aku yang terpelecat dari nyata
mengejar kerosak ranting di genting mataku
berharap menemu engkau
tidak,Sendu,ini hanya sajak,
tentang aku yang begitu terikat,
tentang jendela yang memaksamu tak terlihat
Sendu,ini aku
bolehkah?
Thursday, April 12, 2012
Kelopak 23: Basah di Halaman
setengah duabelas masih kurang bermenit-menit
gerimis,dan aku meringis miris
menderas lagi,kak
entah henti atau lari
gerimis kakak,bukan syahdu sesore itu
yang madu,ketika berlari di ujung jari itu
yang malu,ketika basah di daun kelabu
letih kak,batu-batu melara aku
perih kak,perciknya melarung aku
terus,lalu dan lagi
sungguh kak,ketika sekat itu mengaku rindu
gerimis,dan aku meringis miris
menderas lagi,kak
entah henti atau lari
gerimis kakak,bukan syahdu sesore itu
yang madu,ketika berlari di ujung jari itu
yang malu,ketika basah di daun kelabu
letih kak,batu-batu melara aku
perih kak,perciknya melarung aku
terus,lalu dan lagi
sungguh kak,ketika sekat itu mengaku rindu
Tuesday, April 10, 2012
Kelopak 22: Empat,Tiga,dan Satu
: masih bukan ?
ini aku
ini pula aku
tidak kita yang aku
selalu
aku
kamu
kita :
aku
ini aku
ini pula aku
tidak kita yang aku
selalu
aku
kamu
kita :
aku
Sunday, April 8, 2012
Kelopak 21: Ini Untukmu,Jinggaku
kau hadir lagi,jingga
ketika aku tak tahu itu hitam atau abu-abu
ketika merah tertatap biru di aku
ada apa ?
masihkah rintik menggericiki engkau ?
mengapa bulan tak lebih setia dari engkau ?
aku tak berlalu,jingga
hanya mencari tepi yang tak pernah membuatku terpinggir
hanya menemu luka yang kemarin tak sempat terpikir
karena entah,terlalu penat mata untuk sekedar mengejamu,sepatah saja
maaf,jingga,aku berbohong padamu
tak pernah kukata bahwa petir itu menyakitiku
tak pernah kuutarakan bahwa aku tak jauh darimu
di sini,jingga,sudut tempat rintik membasahi mataku,mata kita
tak apa,jingga
aku tak pernah sungguh mengenalmu ternyata
pun,sedekat urat ini
tak pernah,jingga
hanya bisingku sendiri
yang mengosongkanku untuk sejenak mengakhiri
cukuplah untuk ini,jingga
aku tahu,ini bukan apa yang pernah kau tahu dariku
ini adalah aku yang tak tahu menjadi aku
jingga,maafkan aku :
bolehkah aku menggantimu menjadi ungu ?
ketika aku tak tahu itu hitam atau abu-abu
ketika merah tertatap biru di aku
ada apa ?
masihkah rintik menggericiki engkau ?
mengapa bulan tak lebih setia dari engkau ?
aku tak berlalu,jingga
hanya mencari tepi yang tak pernah membuatku terpinggir
hanya menemu luka yang kemarin tak sempat terpikir
karena entah,terlalu penat mata untuk sekedar mengejamu,sepatah saja
maaf,jingga,aku berbohong padamu
tak pernah kukata bahwa petir itu menyakitiku
tak pernah kuutarakan bahwa aku tak jauh darimu
di sini,jingga,sudut tempat rintik membasahi mataku,mata kita
tak apa,jingga
aku tak pernah sungguh mengenalmu ternyata
pun,sedekat urat ini
tak pernah,jingga
hanya bisingku sendiri
yang mengosongkanku untuk sejenak mengakhiri
cukuplah untuk ini,jingga
aku tahu,ini bukan apa yang pernah kau tahu dariku
ini adalah aku yang tak tahu menjadi aku
jingga,maafkan aku :
bolehkah aku menggantimu menjadi ungu ?
Monday, April 2, 2012
Kelopak 20: Menemu Penat
: kamu
kembali menatapmu dalam raga berbeda
tak mampu membuang ?
tak bisakah menguar,lantas kau beraikan aku dari asapmu ?
penat,sungguh lunas menyita aku
dan maaf,lagi aku menebar lima yang sama
berderik tak untuk lenyap
kembali menatapmu dalam raga berbeda
tak mampu membuang ?
tak bisakah menguar,lantas kau beraikan aku dari asapmu ?
penat,sungguh lunas menyita aku
dan maaf,lagi aku menebar lima yang sama
berderik tak untuk lenyap
Tuesday, March 27, 2012
Kelopak 19: Maaf
:satu
terantuk padamu
serbuk mimpi biru muda
memercik pada jendela
mengetuk-ngetuk pada rasa
mengapa ada?
mengapa bukan pupus lantas sirna?
terantuk padamu
serbuk mimpi biru muda
memercik pada jendela
mengetuk-ngetuk pada rasa
mengapa ada?
mengapa bukan pupus lantas sirna?
Thursday, March 8, 2012
Kelopak 18: Masih Rintik
:kakak
selamat sore,rinai
masih saja kau kepuli ini beranda
masih saja banjir ini raga
masuklah,menepi pada jendela
tlah kuseduhkan secawan pusaran lama
kuaduk dengan mata,lantas kutambahkan abu muda
kupanggangkan pula sekerat kenangan
bertabur kacang-kacang keratan
masih mengepul,memerihkan telinga
mari,bersandarlah di sini
sebab senja yang kembali tak ingin pergi
selamat sore,rinai
masih saja kau kepuli ini beranda
masih saja banjir ini raga
masuklah,menepi pada jendela
tlah kuseduhkan secawan pusaran lama
kuaduk dengan mata,lantas kutambahkan abu muda
kupanggangkan pula sekerat kenangan
bertabur kacang-kacang keratan
masih mengepul,memerihkan telinga
mari,bersandarlah di sini
sebab senja yang kembali tak ingin pergi
Tuesday, March 6, 2012
Kelopak 17: Karena Diam
sunyi,sunyi
malam lari,tak lerai batas lalu tepi
biru,biru
tak mencoklat dan mengelabu
lagi,lagi
lesap retas ini kali
bahkan sudut meruntuh,meluruh
kau?
tertakluk peluh
simpuh
malam lari,tak lerai batas lalu tepi
biru,biru
tak mencoklat dan mengelabu
lagi,lagi
lesap retas ini kali
bahkan sudut meruntuh,meluruh
kau?
tertakluk peluh
simpuh
Saturday, March 3, 2012
Kelopak 16: Kertas Lipat Biru Muda
lem,gunting dan pena
lalu kau,
kurekat masa,
ketempel waktu
kukuatkan ini rindu
kuserpih ini pilu
kularung kelabu
pena,pena sajak itu
membiru pada mudamu
melipat pada sudutmu
seperti juga waktu
yang kutempel di tepinya
lantas kulipat masa
agar tak lekang kita padanya
sesekali kulukis pula daun pada mata
agar tak kering gunting memangkas durja
lalu kau,
kurekat masa,
ketempel waktu
kukuatkan ini rindu
kuserpih ini pilu
kularung kelabu
pena,pena sajak itu
membiru pada mudamu
melipat pada sudutmu
seperti juga waktu
yang kutempel di tepinya
lantas kulipat masa
agar tak lekang kita padanya
sesekali kulukis pula daun pada mata
agar tak kering gunting memangkas durja
Friday, March 2, 2012
Kelopak 15: Aku Malam
langit masih saja mengepul,bintang
aku,kau,dia lalu kopi
mengepul lagi
berarak untuk menipis
dia ingin merengkuhmu,bintang
sebab rintik telah berpacu sendiri
sebab cahya putih itu enggan menari
berkediplah,bintang
agar kopi itu menyesapi hati
agar rintik tak lagi berlari
aku,kau,dia lalu kopi
mengepul lagi
berarak untuk menipis
dia ingin merengkuhmu,bintang
sebab rintik telah berpacu sendiri
sebab cahya putih itu enggan menari
berkediplah,bintang
agar kopi itu menyesapi hati
agar rintik tak lagi berlari
Saturday, February 25, 2012
Kelopak 14: Sekat
untuk : s
sekali saja
sibaklah,atau robek itu
itu kau ?
mengapa lain ?
pahatmu aku,
topengmu memahat di aku
pahatku menopeng di ukirmu
bila ?
sekali saja
sibaklah,atau robek itu
itu kau ?
mengapa lain ?
pahatmu aku,
topengmu memahat di aku
pahatku menopeng di ukirmu
bila ?
Sunday, February 19, 2012
Kelopak 13: Tanpa
tak ada,tidak
rindu dan kata
peluk dan mata
lalu dia
merasa maya
meraup bila
kemana ?
rindu dan kata
peluk dan mata
lalu dia
merasa maya
meraup bila
kemana ?
Tuesday, February 14, 2012
Kelopak 12: Palsu
katanya,ini aku
yang menggores kata dan rayu
bagiku ini dia
yang tak pernah luruh dalam papa
katanya,aku hidup
ketika melati tiada redup
kataku,dia ada,
sebab aku mampu bangkit dan tertawa
katanya,ini puisi,
karena aku menggurat dan mengisi
kataku,ini bukan puisi,
karena masih saja dia yang menggenapi
yang menggores kata dan rayu
bagiku ini dia
yang tak pernah luruh dalam papa
katanya,aku hidup
ketika melati tiada redup
kataku,dia ada,
sebab aku mampu bangkit dan tertawa
katanya,ini puisi,
karena aku menggurat dan mengisi
kataku,ini bukan puisi,
karena masih saja dia yang menggenapi
Saturday, February 11, 2012
Kelopak 11: Arrrrrghh..!!
ha,lagi dan lagi
terderak helamu sendiri
tak apa,katamu
sementara daun-daun ini tak henti jatuh,
aku ?
sejengkal darimu,
sampai namun tak tergapai
terderak helamu sendiri
tak apa,katamu
sementara daun-daun ini tak henti jatuh,
aku ?
sejengkal darimu,
sampai namun tak tergapai
Kelopak 10: Sajak Hujan
kucing kecil di muka jendela
merintih,menggigil
basah dia oleh guyuran waktu yang menderas
lari,terus lari
hanya untuk sekerat amis dari emak sore ini
hujan masih menderas,
kucing kecil melingkar tungku emak
mengumpul-ngumpulkan nyawa untuk esok
barangkali waktu tak sendirian menghampiri,
barangkali dia terbang,tak lagi berlari
merintih,menggigil
basah dia oleh guyuran waktu yang menderas
lari,terus lari
hanya untuk sekerat amis dari emak sore ini
hujan masih menderas,
kucing kecil melingkar tungku emak
mengumpul-ngumpulkan nyawa untuk esok
barangkali waktu tak sendirian menghampiri,
barangkali dia terbang,tak lagi berlari
Kelopak 9: Masih Surut
aku tak pulang lagi,ibu
sebab angin terlalu jauh membentangkan ronanya
ketika dingin menyendiri di sudut kamboja muda itu
aku tak pulang lagi,ibu
maaf,daun-daun marun yang kujanjikan untukmu usang oleh impianku sendiri
marahlah,layaknya sang rapuh itu menatap sendu aku
aku tak pulang lagi,ibu
sebab angin terlalu jauh membentangkan ronanya
ketika dingin menyendiri di sudut kamboja muda itu
aku tak pulang lagi,ibu
maaf,daun-daun marun yang kujanjikan untukmu usang oleh impianku sendiri
marahlah,layaknya sang rapuh itu menatap sendu aku
aku tak pulang lagi,ibu
Friday, February 10, 2012
Kelopak 8: Sabtu
teronggok di anak tangga
sedikit tersimpul-simpul menatap baris-baris itu
ah..di sini pula pada akhirnya
bukan ketiadaan yang menyiksa
karena memang demikian
engkau,
kasat mata yang menggenapi
Kelopak 7: Bukan Keluh
hujan biarlah hujan
tak usah menyulapnya sejengkal kemarau
bila pada akhirnya hanya mengecambahkan kosong
tak usah menyulapnya sejengkal kemarau
bila pada akhirnya hanya mengecambahkan kosong
Tuesday, February 7, 2012
Saturday, February 4, 2012
Kelopak 5: Sepiring Nasi Rames Siang Ini
duduk di pojok keremangan siang
nasi,bu,
sejumput sayur ini dan itu
sekerat tempu dan tahu
lalu segelas es susu
mengunyah,mengunyah,
agar rata dengan resah
agar tertabir segala gelisah
ibu berbenah,aku melangkah,
selembar tipis merah
pergilah,
jejakku tercegah,
sudahlah,gelengan ramah,
ah....
nasi,bu,
sejumput sayur ini dan itu
sekerat tempu dan tahu
lalu segelas es susu
mengunyah,mengunyah,
agar rata dengan resah
agar tertabir segala gelisah
ibu berbenah,aku melangkah,
selembar tipis merah
pergilah,
jejakku tercegah,
sudahlah,gelengan ramah,
ah....
Wednesday, February 1, 2012
Sunday, January 29, 2012
Kelopak 3: Coretan Kekosongan
ah,datang lagi,,
tak bosankah kau menghampiri ?
sementara hanya kusut dan kusut saja yang tersirat,,
enyahlah!
tak bosankah kau menghampiri ?
sementara hanya kusut dan kusut saja yang tersirat,,
enyahlah!
Kelopak 2: Mati
mati dan mati
sesak dalam kematian berkaki
kanan,belakang,samping dan kiri
kembali ?
sudut ganjil, 30 Januari 2012
sesak dalam kematian berkaki
kanan,belakang,samping dan kiri
kembali ?
sudut ganjil, 30 Januari 2012
Kelopak 1: Yang Pertama Lenyap
menatap bilik-bilik ini aku kaku
lebur dan lebur
manakala ada adalah aku
sementara tiada selalu aku
berlalu
pekat kepak lengah
aku dan ada
aku bersanding tiada
lebur dan lebur
manakala ada adalah aku
sementara tiada selalu aku
berlalu
pekat kepak lengah
aku dan ada
aku bersanding tiada
Tuesday, January 24, 2012
About
it just about me
when i ... lost all of my words
so please, tell me, why it happens to me,,
so i can see,what must i see
and i can know,what must i know...
when i ... lost all of my words
so please, tell me, why it happens to me,,
so i can see,what must i see
and i can know,what must i know...
Subscribe to:
Posts (Atom)