Sepanjang Aku
Mengenalmu
Belum kutemu sedikit
waktu yang tepat ternyata
Untuk sekedar mengucap
selamat petang pada menit yang laju berenang
Kau duduk menghadap
senjamu yang setia
Dibungkus kabut abu
mudamu yang tenang
Menguarkan apa yang tak
lagi mampu kau lukis dalam dendang
Kini menggeluti air
yang keruh pada rautmu tak semudah menggoreng ikan asin
Ya,ikan asin yang kau
titipkan di piring sesalmu
Kau dijerat kemuraman,
menelikung waktu yang miskin
Untuk sekedar
menggadaikan sekerat bumbu rindu
Ini masih dapur yang
sama,sayang
Tempatmu merebus
kegundahanmu pada mata pedih menatap jelaga
Tempatku menanak cinta
yang mulai mengiring digerogoti panas mulut tetangga
Begitupun kopi yang kau
jerangkan tanpa pernah sempat kesesap manisnya
Lantas di mana hadirnya
aku yang tak mampu tahu?
Kutatakan sebaris bumbu
yang kau mau
Kujerangkan warna yang
kau suka
Namun ke mana cinta
yang kuhias sepenuh jiwa?
Sejauh langkah yang
mendebu,sayang,tak pernah kujejaki malam selayaknya engkau
Seperempat pengharapan
yang tinggal tak menyesak pada raga
Mungkin hanya sekelumit
perih yang buatku risih
Meskipun aku tahu,tak
sedikitpun aku mampu berdalih
Jingga,telah
menyayangimu seutuhnya cinta
Tak ragu,engkau diam
ataukah meracau
Maka,aku tak perlu lagi
menanti,sayang
Waktu ini yang akan
membangunkanku padamu
Entah tahun atau
kalender berlalu
Aku segera melenggang
pulang
Agar segera kusesap
kopi manismu di dapur kita
13
Mei 2012
10.23
PKM
BSI
Kau dan Gereja
Pagi yang sama ketika
aku menghampirimu di sisi gereja
Bukan akan
menengokmu,yang telah lama kulenyapkan dari mataku
Hanya ingin sejenak
menelaah,apakah telah salah mataku melenyapkan wajah
Tak sengaja pula aku
menatapmu meninggalkan gereja
Mesra kau tatap baluran
tanah pada sandal plastikmu yang tua
Setiap langkahmu
menjejakkan bercak basah yang sama
Aku mendekat,kau
tengadahkan raut pilu itu padaku
Kelopak tua dan lingkar
itu tak seharusnya kutemu padamu
Lebam itu tak pantas
meracuni senyum sakuramu
Lalu terpaksa kusandarkan laramu pada bahuku
Tidak,sudah kulunasi
detak itu pada tahun-tahun yang menyita masaku
Kini hanya kerak sedemikian menggumpal dalamku
Atas engkau,yang
meluruhkan entah apa padaku
Bagaimana pula aku akan
mengerti
Sementara mengabur
sudah mataku pada sepi
Kini aku yang kian
terbentengi
Kenangan yang tak
pernah bersedia menepi
Masih pagi yang sama
ketika aku meninggalkanmu di sisi gereja
Ya,aku kembali hari itu
ketika segalanya sama
Memang tak ada misa
Hanya pemberkatan atas
apa yang tak sudi kugariskan
Hanya peleburan atas
doa yang tak jua tercurahkan
13
Mei 2012
11.05
PKM
BSI
Sajak Pangeran Biola
Barangkali telah sampai aku pada gerbang terakhirmu
Rangkaian tembang malam kemerahan melagu
Merdu mendayu seribu rindu
Sayup sendu tergigit pahit di telingaku
Aku hanya naik-turun pada birama
Tanpa pernah tahu harus mengambil nada apa
Tanpa pernah yakin melagukan syair mana
Sebab telah patah senar mataku di atas doa
Wahai,Pangeran Biola yang sama
Tak jengah aku menyanding engkau
Untuk sekedar memejam mata
Tatkala kau menyatu bersama udara
Wahai Pangeran Biola yang sama
Tak lelah aku mencari tangga
Agar sempurna kudengar tarian suara
Bukan sumbang ataupun hilang apa
Pangeran Biola
Masih kusimpan dawai yang sama
Seperti waktu kau ulur tanganmu
Lantas kubaurkan waktu dalam nadamu
Ya, Pangeran Biola
Aku masih setia menanti nada-nada itu
Saat tak lagi ada kau dan aku yang lalu
Selain lagu,tak risau aku menari pilu
14
Mei 2012
13.25
PKM
BSI
Ini Dermagamu,Sendu
Akan senantiasa sama,Sendu
Waktu yang luruh di embun senja
Embun yang lahir di ufuk cita
Apalah yang bisa meniadakan rasa
Kini aku menatapmu menghadap sana
Sudut tanpa sama yang bersuara
Kembang gugur dari rumput pura-pura
Lalu aku meretih dilamun bara satu-dua
Sendu,bila senja itu engkau lukis biru
Tak sedikitpun aku merindu abu,merah atau ungu
Namun bila kau lenyapkan waktu dari kanvasNya
Haruskah aku berbalik dan berganti rupa?
Mencintai senja tanpa pernah kecewa adalah
buta,Sendu
Sebuta aku melangkah pada paku beku dermaga
Yang menguning keruh diremuk mangsa fana
Yang ringkih lantaran camar enggan menyapa
Tapi tidak bagiku,Sendu
Waktu tetaplah jarak yang sama
Tahun mati yang kosong menyeraki rasa
Terik esok yang tak terundi siapa
Sementara waktu menghabisi masa yang lama
Aku hanya mampu menghela doa dan doa
Sendu, ini rasa yang menuntunnya
Ini rasa pula yang membuatku mengada
Maka,waktu yang kudetik-detik di dermagamu
Adalah jerit samar sang camar
Meliuk merana untuk lindap memutar
Pasir-pasir yang bisu menangis dan menghindar
14
Mei 2012
13.43
PKM
BSI
No comments:
Post a Comment