barangkali harus segera kucari pisau agar tak lagi berleleran anggur merahmu pada mataku
sudah sedemikian mengembun kaca-kaca di sebelah balkon tua itu,seperti selama ini kau tahu
sudutku mulai lupa,di mana letak kursi dan meja
jariku masih mencari apa warna pisau dan belati
di mana pisau,yang pernah kuasah senja itu
ketika warna sudah terbelah sejak semula
bahkan menderakan tipis dedaunan mendesing di pelupuk sia-siaku
sementara anggurmu telah menanti denting sloki kelima
ting
satu nyawa kau janjikan lebur dalam sisa senja yang mengerak
padam dan lenyap
ting
mata penaung purbaku kering dilukai waktu berisik di sisa malammu
kau hanya tertegun menggenapi melati
bukan krissant yang kujanjikan tak pernah kembali
ting
tak pernah menanti masa ketika tak jua kukenali segala apa
satu warna,dua warna
hitam abu tua
ting
pada nada petikmu kutakar seberapa lama detik mengerti
bahwa tak sedikitpun senja ini menelikungmu atau menahanmu berlama-lama
di dermaga
ting
selalu ada langkah yang membebaskanmu berlari
selama jauh itu adalah dekat
dan dekatmu senantiasa sewarna kematian
aku tertegun mendapati engkau tinggal keping
suatu senja,begitu sendu kutatap guguran sakura
No comments:
Post a Comment